Di era modern, literasi keuangan telah menjadi keterampilan esensial yang tidak hanya dibutuhkan individu dalam kehidupan pribadi, tetapi juga menjadi faktor krusial dalam dunia kerja. Dalam konteks perusahaan, literasi keuangan karyawan dapat menjadi salah satu kunci untuk meningkatkan kesejahteraan individu sekaligus menunjang kinerja organisasi. Namun, kenyataannya, literasi keuangan dikalangan pekerja masih tergolong rendah.
Literasi keuangan adalah kemampuan individu untuk memahami dan mengelola keuangan dengan baik (Sari dalam RA Misda, C Chairiyaton, 2024). Literasi keuangan merujuk pada kemampuan seseorang untuk memahami dan mengelola keuangan, termasuk pengetahuan tentang penganggaran, investasi, utang, dan tabungan. Dalam konteks dunia kerja, kemampuan ini membantu karyawan membuat keputusan finansial yang bijak, mengurangi stres akibat masalah keuangan, dan meningkatkan produktivitas mereka di tempat kerja.
Pemahaman yang baik tentang literasi keuangan berpengaruh signifikan terhadap aspek kinerja seorang karyawan. Individu yang mampu mengelola keuangannya dengan baik cenderung memiliki kestabilan finansial yang lebih baik, bekerja dengan tingkat produktivitas yang lebih optimal, dan lebih jarang teralihkan oleh masalah keuangan pribadi yang berpotensi mengganggu efektivitas mereka di tempat kerja. Karyawan yang memiliki literasi keuangan yang baik mampu mengelola keuangan dengan efektif dan meningkatkan fokus dalam tugas-tugas pekerjaan yang ditugaskan oleh perusahaan (Dafiq et al., dalam RA Misda, C Chairiyaton, 2024).
Statistik menunjukkan bahwa literasi keuangan di Indonesia masih menjadi tantangan besar. Mengacu pada Survei Nasional Literasi dan Inklusi Keuangan (SNLIK) yang dilakukan oleh Otoritas Jasa Keuangan pada tahun 2022, prosentase literasi keuangan masyarakat Indonesia hanya mencapai 49,68%. Hal ini menunjukkan bahwa hampir setengah dari populasi belum memiliki pemahaman yang memadai terkait pengelolaan keuangan yang efektif. Hal ini juga tercermin di kalangan p ekerja. Banyak karyawan mengalami kesulitan dalam mengatur pengeluaran bulanan, menabung, atau berinvestasi untuk masa depan.
Penelitian oleh Lumi, S., Senduk, V., & Korompis, C. (2021) mengungkapkan bahwa rendahnya literasi keuangan di kalangan pekerja Indonesia berkontribusi pada masalah keuangan pribadi, yang pada akhirnya berdampak negatif pada kinerja di tempat kerja. Selain itu, Wulandari, R., & Prianthara, I. B. T. (2018) menunjukkan bahwa role stres, kompensasi finansial, dan motivasi kerja juga berperan dalam memengaruhi kesejahteraan dan kinerja karyawan.
Ketika karyawan tidak memiliki kemampuan literasi keuangan yang memadai, mereka rentan terhadap berbagai masalah keuangan pribadi, seperti utang yang menumpuk, pengelolaan uang yang buruk, atau investasi yang tidak tepat. Masalah-masalah ini sering kali berdampak pada stres, absensi, dan bahkan turnover yang tinggi di perusahaan. Sebaliknya, karyawan yang memiliki literasi keuangan yang baik cenderung lebih sejahtera, tidak hanya secara finansial tetapi juga secara mental. Mereka lebih mampu merencanakan keuangan untuk kebutuhan mendesak, dana pensiun, dan investasi jangka panjang. Dalam jangka panjang, kesejahteraan karyawan ini
akan berdampak positif pada kinerja perusahaan, seperti peningkatan produktivitas, loyalitas karyawan, dan pengurangan biaya kesehatan akibat stres.
Masalah finansial yang sering dihadapi karyawan sangat beragam, mulai dari utang konsumtif hingga ketidakmampuan untuk menabung. Contohnya, banyak karyawan di level bawah yang hidup dari gaji ke gaji, sehingga sulit memenuhi kebutuhan mendadak. Di sisi lain, karyawan level menengah dan atas sering kali menghadapi tantangan dalam membuat keputusan investasi atau perencanaan pensiun yang optimal. Ketidakmampuan ini sering kali disebabkan oleh kurangnya pengetahuan tentang instrumen keuangan atau akses ke pelatihan yang relevan.
Stres akibat masalah keuangan juga memiliki dampak buruk terhadap produktivitas kerja. Karyawan yang stres sering ka li lebih sering absen, kurang fokus, dan bahkan menunjukkan perilaku kontraproduktif. Faliza dalam Andriani (2017) menjelaskan bahwa penting untuk memahami stres karena stres memiliki kaitan langsung dengan kinerja. Ketika karyawan menghadapi stres kerja, mereka tidak bisa bekerja dengan maksimal, yang pada akhirnya akan memengaruhi kualitas hasil kerja mereka atau, dalam kata lain, karyawan tidak dapat memberikan performa terbaik mereka.
Departemen Sumber Daya Manusia (SDM) memiliki peran strategis dalam membantu karyawan meningkatkan literasi keuangan mereka. Sebagai agen perubahan, pengelola pelatihan, hingga evaluator program, SDM dapat memastikan program literasi keuangan diterapkan secara terstruktur dan efektif.
SDM sebagai Agen Perubahan (Change Agent)
SDM dapat mendorong perubahan budaya kerja dengan menanamkan pentingnya kesejahteraan finansial sebagai bagian dari kesejahteraan karyawan. Sebagai katalisator, SDM memastikan bahwa literasi keuangan tidak hanya menjadi program tambahan, tetapi juga bagian integral dari strategi bisnis perusahaan. Misalnya, dengan mengintegrasikan literasi keuangan dalam program kesejahteraan karyawan, SDM dapat menciptakan lingkungan kerja yang mendukung pertumbuhan finansial individu (Dessler, 2020).
SDM sebagai Pengelola Pelatihan dan Pengembangan (Training and Development Manager)
Pelatihan berbasis kebutuhan spesifik karyawan dapat menjadi solusi efektif. Contohnya, untuk karyawan level bawah, pelatihan dapat difokuskan pada pengelolaan utang dan penganggaran sederhana. Sementara itu, untuk karyawan level menengah dan atas, pelatihan investasi dan perencanaan pensiun menjadi prioritas. Metode pelatihan modern seperti e-learning, simulasi keuangan, atau gamifikasi juga dapat diterapkan untuk meningkatkan partisipasi dan pemahaman (Dessler, 2020).
SDM sebagai Manajer Hubungan Karyawan (Employee Relations Manager)
SDM dapat menyediakan layanan konsultasi keuangan yang bersifat per sonal dengan menggandeng konsultan keuangan profesional. Langkah ini tidak hanya membantu karyawan mendapatkan solusi atas masalah keuangan mereka, tetapi juga membangun kepercayaan antara karyawan dan perusahaan. Lingkungan kerja yang mendukung kesejahteraan finansial akan meningkatkan loyalitas karyawan.
SDM sebagai Evaluator Program (Program Evaluator)
Evaluasi program literasi keuangan dapat dilakukan dengan menggunakan KPI seperti tingkat stres finansial karyawan sebelum dan sesudah pelatihan, penurunan angka turnover akibat masalah keuangan, atau kenaikan produktivitas. Selain itu, survei dan wawancara dapat digunakan untuk mendapatkan umpan balik langsung dari karyawan, sehingga program dapat terus disempurnakan.
SDM sebagai Partner Strategis (Strategic Partner)
Sebagai mitra strategis, SDM dapat membantu perusahaan mengintegrasikan literasi keuangan dalam strategi bisnis yang lebih besar. Misalnya, dengan menjadikan literasi keuangan sebagai prioritas strategis, perusahaan dapat meningkatkan employee engagement sekaligus mengurangi biaya kesehatan terkait stres finansial. Melibatkan pimpinan perusahaan dalam mendukung program ini juga menjadi langkah penting.
Kesejahteraan finansial karyawan memiliki hubungan langsung dengan kinerja perusahaan. Sebagai ilustrasi, perusahaan yang mempunyai program literasi keuangan bagi
karyawannya dapat menurunkan angka turnover. Selain itu, produktivitas karyawan dapat meningkat, dan perusahaan dapat menghemat biaya kesehatan terkait stress.
Untuk membangun program literasi keuangan yang efektif, perusahaan dapat mengikuti langkah-langkah berikut:
Disamping itu, keterlibatan seluruh pemangku kepentingan di perusahaan juga perlu, termasuk manajemen puncak, untuk mendukung keberlanjutan program ini.
Literasi keuangan bukan hanya tentang bagaimana ka ryawan mengelola uang mereka, tetapi juga tentang bagaimana perusahaan menciptakan lingkungan kerja yang mendukung kesejahteraan finansial. Dengan melihat program ini sebagai investasi jangka panjang, perusahaan dapat membantu karyawan menjadi lebih mandiri secara finansial, sekaligus meningkatkan produktivitas dan loyalitas mereka.
Di masa depan, harapannya semakin banyak perusahaan yang menyadari pentingnya literasi keuangan sebagai bagian dari strategi bisnis. Dengan cara ini, kita dapat menciptakan lingkungan kerja yang lebih kondusif, memungkinkan karyawan untuk meraih keberhasilan tidak hanya dalam karier mereka tetapi juga dalam aspek kehidupan pribadi.
Daftar Rujukan:
Literasi keuangan adalah kemampuan individu untuk memahami dan mengelola keuangan dengan baik (Sari dalam RA Misda, C Chairiyaton, 2024). Literasi keuangan merujuk pada kemampuan seseorang untuk memahami dan mengelola keuangan, termasuk pengetahuan tentang penganggaran, investasi, utang, dan tabungan. Dalam konteks dunia kerja, kemampuan ini membantu karyawan membuat keputusan finansial yang bijak, mengurangi stres akibat masalah keuangan, dan meningkat